Head of Koinonia Department
Belanja di App banyak untungnya:
Copyright©2011 ANDRE ANTONIUS HUTAGALUNG Kamus Batak Toba Batak Toba Dictionary [email protected] Follow http://facebook.com/antoniusgaloenks Copyright©2011 ANDRE ANTONIUS HUTAGALUNG Tidak semua suku atau etnis memiliki kamus bahasa. Tetapi suku Batak memiliki kamus Batak. Ini suatu kebanggaan bagi kita semua. Mengingat Batak ada dimana-mana dan tidak semua dilahirkan di Bona Pasogit, kemungkinan besar banyak orang Batak yang tidak fasih berbahasa Batak, tidak tertutup kemungkinan Anda diragukan sebagai orang Batak. Karena itulah, kamus ini bisa membantu, Anda menjadi orang Batak yang sebenarnya. A A, (seruan perasaan kurang sabar dan juga perasaan menghina), ah. Aba, seruan: ah! oh! Aba, pangabaabaon, lekas berkembang dan tumbuh dan lekas pula layu, msl eme; sering berubah-ubah pikirannya mengenai orang. Abad, abad. Abak, pangabahan, hal mengenai berhasilnya, menjadinya. Abal, abalan, tempat, tabung untuk menyimpan segala sesuatu; tempat bertemu beramai-ramai, msl huta abalan ni partigatiga, tempat para pedagang saling bertemu; abalabal, tabung kecil dari bambu untuk menyimpan segala sesuatu; mangabalabalhon, memasukkan sesuatu ke dalam tabung seperti itu. Abang, pangabang, nama tempat dalam sopo Batak, yang terletak disebelah kanan dan kiri jalan masuk. Abangabang, sej pohon kayu. Abap, abu halus, yang tinggal sesudah kayu bakar habis terbakar. Abar, mengembara msl di dalam hutan untuk mengambil kapur barus; begu abar, = begu na masa, hantu yang menyebabkan epidemi. Abara, bahu, pundak; mangabara, memaafkan (=mangampini), sebenarnya: membawa di atas pundak; pangabaraan, 1. (bagian) kayu pikulan, 2. buah pisang yang paling atas pada tandan dan yang terbesar. Abas, mangabas, mengibas, melambai; mangabashon, mengibas, melambaikan msl dengan ekor atau ulos; mate uluna, mangabasi ihurna, kepalanya sudah mati, ekornya masih mengibas-ngibas (seperti dengan ular), dikatakan tentang suatu perkara, yang sebenarnya sudah diselesaikan, tetapi akibatnya masih terasa. Abat, (= sabat), halangan, aral, rintangan; adong abathu, saya berhalangan, ada halanganku; mangabati,menghalangi, menghambat; pangabati, segala sesuatu yang menghalangi, penghalangi, penghambat. Abe, mabeabe, bertiup kesana kesini. Abing, mangabing, memangku; melarikan perempuan dengan kekerasan; abingan, pangkuan, sebenarnya: tempat dimana membawa anak kecil (= ampuan). [email protected] Follow http://facebook.com/antoniusgaloenks Copyright©2011 ANDRE ANTONIUS HUTAGALUNG Abis, I. mangabis, duduk di bagian depan perahu (solu) sewaktu berlayar dimana raja mengambil tempat. II.pangabis, hubungan kekerabatan yaitu nenek laki-laki dari tulang; pangabis, juga: jatah daging (jambar) yang diperuntukkan untuk dia. Abit, kain, pakaian; marabit, berpakaian; marabithon, dikenakan pakaian; parabiton, sandang, hal mengenai pakaian; na niabitan, yang ditutup orang: kemaluan; abit ni hata, kata-kata hormat atau penghalus kata-kata karena dirasa kurang sopan kalau terusterang; parabitan, pinggul pada mana pakaian dapat diikat. Abor, tanda larangan untuk lewat berupa sepotong kayu atau tolong (gelagah), agar orang tidak pergi kesana;mangabor, melarang masuk, memasang abor di jalan; abor ni hata, ucapan atau larangan halus, peringatan halus. Abot, = abat. Abu, sebutan yang kurang sopan untuk isteri, perempuan. Abuan, kulit jagung atau padi (Angk). Abul, balas, balasan; mangabul, membalas, menuntut pembalasan; parsinabul, sijalahi abul, pembalas, yang menuntut pembalasan; abul ni, sebagai balas untuk, untuk membalas msl mata do abul ni mata, mata dibalas dengan mata. Abur, (kata dasar seperti sabur ?); maraburabur, (mengenai air mata) banyak bercucuran; mangaburhon,melemparkan sesuatu, berlengkung, menghamburkan. Abut, = habut, keruh. Ada, = adong, tersedia, ada (hanya dalam bentuk ingkar); soada, tidak ada, lih. so I. Adam, ajal, akhir hidup. Adang, madangadang, keluyuran, berkeliling-keliling, mengembara, bertualang (= medangedang); mangadang,mengintip, menghadang, menantikan; mangadangi, mengunjungi satu demi satu msl angka huta; paradangadang,pengembara, pengelana; paradangadangan, pengembaraan,pelancongan; niadang ni roha, tujuan, maksud yang tersirat; na niadang ni hata, cakupan pembicaraan; mangadangadang-hon, mengelilingkan (msl barang dagangan) kesetiap pedagang atau setiap rumah. Adang, taradang, tersangka, dicurigai. Adap, mangadap ari, lih mangalap ari. Adar, = andar, kelihatan dari kejauhan, tampak jelas; adaran, pelataran, dataran; mangadar, bertempur di pelataran tanpa perlindungan; mangadar hatana, berbicara terus terang tanpa tedeng aling-aling. Adas, I. mantra yang diucapkan oleh datu; manadas, mencoba semua kemungkinan tetapi tanpa hasil (dikatakan mengenai datu). II. sej rempah. Adat, adat istiadat, kebiasaan; na so umboto adat, orang yang tidak mengetahui tatakrama adat; tidak tahu sopan santun, yang tidak mengetahui etiket (= ndang maradat). Ade, = rade, (mengenai senjata): telah berisi dan siap untuk ditembakkan. Adeade, cacing pita. [email protected] Follow http://facebook.com/antoniusgaloenks Copyright©2011 ANDRE ANTONIUS HUTAGALUNG Adi, I. ini, (kata penunjuk yang hanya dipakai berhubungan dengan orang); baoa adi, aku, lakilaki ini; boru adi,aku, wanita ini; halak adi, orang yang disana itu. II. maradi, maradian, beristirahat, berhenti; adian, paradianan,tempat perhentian, tempat peristirahatan; adian ni hata, orang yang masih perlu didengar pendapatnya (karena tidak hadir dalam pembicaraan), sebelum suatu keputusan dapat diambil; si anu adian ni hata, si anu penyebab ditundanya pembicaraan, karena ia harus lebih dahulu datang; adian ni hata, artinya juga: pembicaraan yang belum berakhir dan masih perlu dituntaskan nanti. Ado, madoado, mengembara, ber-kelana; simadoado, pengelana,pengembara. Adong, ada, berada, tersedia, hadir; adong di ahu, ada padaku; soadadong, ndadong, tidak ada; paradongan,orang berada, kaya; boru ni tataring paradongan, perempuan yang kaya; adongna, seadanya; sinadongan, harta kekayaan, milik; juga sering dipakai sebagai pengantar untuk kalimat bertanya: adong do didok ibana? adakah, betulkah ia mengatakan ? Adop, I. berhadapan (= dompak) ; di adopan ni, di muka, di hadapan; di adopanmu, di mukamu, hadapanmu; tu adopan ni,kepada, ke hadapan orang; mar-adophon, terhadap, di muka,di hadapan; msl nunga mardosaahu maradophon damang, sayasudah berdosa terhadap ayahku;adop bohi be, saling berhadapan muka; adopadop,berhadaphadapan; adopan, potongan da-ging ternak yang diperuntukkan bagi raja seperti kepala, leher dan pinggul; selanjutnya: bea, cukai, upeti, pemberian; siadopan, suami; mang- adop di, bekerja pada se-seorang hingga lunas hutang; mangadopi, menghadiri, menghadapi; paadophon, menyerahkan anak untuk dijadikan pekerja orang;paadopadophon, menghadapkan muka ke; tomboman adopadop, ambang dalam rumah Batak. II. Adop, payudara anak gadis, sedangkan untuk ibu-ibu disebut bagot. Ados, siadosan, (And) = lae, atau eda. Adu, I. mangadu, menahan, menyusul, mengejar, menggembalakan ternak; mangadui, menggembalakan banyak ternak atau sering; II. maraduadu, marsiadu, berlomba-lomba; parsiaduan, tempat perlombaan. III. maradu,sampai, sehingga (= rasirasa); maradu mate, sampai mati; maradu loja, hingga capek, letih; maradu miduk,hingga berkumpul makin banyak. Adui, sana, diseberang sana, menunjukkan jarak lebih jauh; di adui, di sadui, jauh di sana; tu adui, tu sadui, jauh kesana; topot adui, jumpai kesana (untuk mengerjakan sesuatu); basa adui, hari nanti (yang ditentukan untuk berbuat sesuatu); huta adui, kampung yang terletak disana. Adum, mangadum, memanjar uang kepada seseorang. Ae, mangae, merasakan, menderita, merasa sakit; diae pogosna, diderita kemiskinannya; marniae, berbaring sakit;parniaean, penderitaan sakit, perasaan sakit; mae, maesa, menderita, merintih kesakitan; marnaenae, menderita sakit. Aek, I, maraek, basah; aek na niinum, kencing, air kemih; aek beu, air limfa; aek tabar, air tawar langsung datang dari sumbernya di hutan; aek anturge, air yang terkumpul di tunggul; martuaek, mengambil air; partuaek,gadis yang mengambil air; partuaehan, tempat pengambilan air; mandabuhon aek, mengalirkan air ke sawah;partutuaek, upacara adat membawa seorang bayi ke sumber air sebagai pendahuluan untuk pemberian nama;antian ni aek, hari ke delapan menurut penanggalan. II. aek = atik; aek beha = atik beha. [email protected] Follow http://facebook.com/antoniusgaloenks Copyright©2011 ANDRE ANTONIUS HUTAGALUNG Aga, mangaga, mananduk (mengenai kerbau); paagaaga, melawan, memerangi (= paaloalo); mangagahon,menaruh kepercayaan, harap akan. Agak, agak, kira-kira, kurang lebih; mangagak, menaksir msl umur atau padi; diagak deba, ditimbang dan terdapat terlalu ringan. Agal, mangagalagal, melingkar, membelit, bergelung (mengenai ular); juga mengenai orang yang marah; juga orang-orang yang berjalan berlenggang-lenggok, yang mirip dengan ular yang bergelung. Agam, mangagam, memikir, menduga, menyangka; huagam, saya pikir, kusangka; diagam roha, dikira, disangka; bdk tagam. Agan, agan pe, sungguhpun, walaupun, meskipun, sekalipun; agan so = tagan so. Aganan, (= tagonan), lebih ba-ik, lebih suka; aganan mate sian mangolu, lebih suka mati daripada hidup. Agap, mangagap, tertawa terbahak-bahak. Agar, cantik, manis, bersih, necis; maragaragar, penampilan orang necis dan bersih. Agaragar, agaragar, gelatine. Agas, agas, sej nyamuk berkaki panjang. Agat, pahat tajam yang dipakai menyadap enau untuk mendapat tuak; maragat, mangagati, me-nyadap enau untuk mendapat tu-ak; paragat, penyadap tuak; paragatan, papan, tempat penyadapan; di atasnya duduk penyadap tuak itu; agaton, yang harus disadap yaitu pohon enau. Age, mangage, mencari segala macam cara untuk menyakiti dan melukai orang; manang beha paageage roham,entah bagaimana tipudayamu untuk menyakiti, melukai saya; diage rohana, dalam batin ia melawan, menentang. Agi, = anggi; siaginan, nama marga. Agia, sungguhpun, bahkan, apapun, pun, walaupun, biarpun; agia sada ndang adong, satu pu
%PDF-1.3 %âãÏÓ 6 0 obj << /Linearized 1 /O 8 /H [ 753 178 ] /L 9237 /E 7562 /N 1 /T 9000 >> endobj xref 6 16 0000000016 00000 n 0000000664 00000 n 0000000931 00000 n 0000001082 00000 n 0000001257 00000 n 0000001663 00000 n 0000001855 00000 n 0000002040 00000 n 0000002423 00000 n 0000003686 00000 n 0000004066 00000 n 0000004251 00000 n 0000006627 00000 n 0000007454 00000 n 0000000753 00000 n 0000000911 00000 n trailer << /Size 22 /Info 4 0 R /Root 7 0 R /Prev 8991 /ID[] >> startxref 0 %%EOF 7 0 obj << /Type /Catalog /Pages 3 0 R /Metadata 5 0 R /PageLabels 2 0 R >> endobj 20 0 obj << /S 36 /L 80 /Filter /FlateDecode /Length 21 0 R >> stream H‰b``àc``úÈ ’'°(- Ä
Table of Contents Ask the Chatbot a Question
Batak Protestant Christian Church, church in northern Sumatra, Indon., organized as an independent church in 1930 and constituting the largest Lutheran church in Asia. It developed from the work of missionaries of the Rhenish Mission Society, established in Barmen, Ger., in 1828. Under the leadership of the German Lutheran missionary Ludwig Ingwer Nommensen, the missionaries began working among the Batak people in Sumatra in 1862. Resistance to Christianity lessened slowly, and by 1880 entire tribes and villages began converting to Christianity. Nommensen translated Luther’s Small Catechism, the New Testament (1878), and several other works into the Batak language and wrote hymns and a church order for the Batak church. By 1894 the entire Bible had been translated. Education was stressed, and many elementary schools were established in the villages. A Batak mission society extended the mission work among the people.
After the HKBP was organized in 1930, the foreign missionaries began withdrawing; the last of them departed in the 1940s, during World War II and the Indonesian war for independence from the Netherlands. The HKBP was accepted as a member of the Lutheran World Federation in 1952.
The church is divided into districts, each headed by a superintendent. The superintendents make up the church council headed by an ephorus (bishop), who is elected for a specified term of office.
Church of Protestant Christian denomination
The Batak Christian Protestant Church (Indonesian: Huria Kristen Batak Protestan) abbreviated as HKBP, is an Evangelical Lutheran church among the Batak people, generally the Toba Batak in Indonesia. This church uses an Ecumenical worship style influenced by the Dutch Reformed Church due to the influence of Dutch colonialism in Indonesia, as well as the legacy obtained from the Rhenish Missionary Society when the church was founded.[2] With a membership of 4,133,000,[3] the church synod is the largest among the Protestant churches in Indonesia it is one of the largest Protestant churches in Indonesia and Southeast Asia, making it the third largest religious organization in Indonesia after Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah.[4] Its present leader is Ephorus (bishop) Victor Tinambunan.[5]
HKBP also has several churches abroad, such as in Singapore, Malaysia, and in California, New York, and Colorado in the United States.
HKBP is headquartered in Pearaja (North Tapanuli Regency, North Sumatra) which is about 1 km from the city center of Tarutung, the capital of the regency. Pearaja is a village located along the road to Central Tapanuli Regency and Sibolga city. The HKBP office complex, the administrative center of the HKBP organization, is located in an area of ± 20 hectares. In this complex there is also an Ephorus (bishop) as the head of the HKBP office. Although using the name Batak, HKBP is also open to other ethnic groups.[6]
The first Protestant missionaries who tried to reach the Batak highlands of inner Northern Sumatra were English and American Baptist preachers in the 1820s and 1830s, but without any success. After Franz Wilhelm Junghuhn and Herman Neubronner van der Tuuk did intensive research on Batak language and culture in the 1840s, a new attempt was made in 1861 by several missionaries sent out by the German Rhenish Missionary Society (RMG). The first Bataks were baptized during this year. In 1864, Ludwig Ingwer Nommensen of the RMG reached the Batak region and founded a village called "Huta Dame" (village of peace) in the district of North Tapanuli Regency in Tarutung, North Sumatra.
The RMG was associated with the uniting churches also called a merged denomination that includes a Lutheran element. However, Nommensen and local leaders developed an approach that applied local custom to Christian belief.
In 1868, a local seminary for the education of teachers was opened in Sipirok, and in 1877 a seminary for the education of preachers was built in Pansurnapitu. 1881, Nommensen was officially nominated "ephorus" of the Batak congregations by the RMG. In 1885, the first Batak ministers were ordained in Pearaja Tarutung, where the HKBP headquarters is still located.
In 1889, the RMG sent out Hester Needham who started the work with girls and women and later established the first Batak deaconess. In the last quarter of the 19th century, further missionaries of the RMG were sent out to the other Batak tribes (Angkola, Dairi, Simalungun, Karo, and Pakpak).
In 1917, the "Hatopan Christen Batak" (HCB) which later became one of the nuclei for the independent Batak church, was founded in Tapanuli as a social movement.
In 1922, the first General Synod ("Sinode Godang") for all Batak congregations was held. In 1931 the HKBP became the first independent self-governing Christian body in what was then the Dutch East Indies.
In 1940, all Germans working for the RMG, including pastors and ministers, were detained by the Dutch government. The Rev. Sirait was chosen by the synod as the first indigenous ephorus of HKBP.
In 1952, while maintaining its indigenous character, the HKBP became a member of the Lutheran World Federation (LWF).[7] In 1954, HKBP founded Nommensen University. In 1977, Sekolah Tinggi Theologia (STT or "Theological Seminary") HKBP split from Nommensen University.
Over the years, a number of church bodies have split from HKBP for various cultural and doctrinal reasons. However, HKBP remains the largest Indonesian LWF member by a factor of ten and also remains in communion with daughter church bodies through the LWF. Tarutung and the Batak lands region remain the stronghold for the HKBP in the predominantly Muslim nation of Indonesia, although worshippers are found throughout Indonesia and worldwide.[8]
Well known HKBP congregants include Amir Sjarifuddin (the only Christian prime minister of Indonesia), Todung Sutan Gunung (TSG) Mulia (the second Indonesian education minister), and General Tahi Bonar (TB) Simatupang.
In January 2010 two churches were burnt down by extremist mobs in Sibuhuan.[9]
HKBP is a member of and active participant in the World Council of Churches, Christian Conference of Asia, Lutheran World Federation, Asia Lutheran Communion,[10] and Communion of Churches in Indonesia.
The book of liturgical procedure used by the HKBP is referred to as the "Agenda" or formerly as the "Agende". This term comes from the European Protestant use of agenda.[11]
Further information on the book of hymns in the Batak language:
Head of Diakonia Department
Wikimedia Commons has media related to
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pakaian pengantin Betawi adalah busana pengantin beserta tata cara mengenakan baju adat yang berasal dari DKI Jakarta.[1] Pakaian adat Betawi yang dikenakan para pengantin merupakan hasil perpaduan antara budaya Tionghoa, Arab, dan Barat. Oleh karena itu, pakaian pengantin ini memiliki nama yang unik, yaitu Dandanan Care Haji bagi pakaian pengantin pria Betawi dan Dandanan Care None Pengantin Cine untuk pengantin wanita Betawi.[2]
Bagian ini memerlukan
. Anda dapat membantu dengan
Pakaian Dandanan Care Haji yang dipakai pengantin laki-laki ketika pernikahan meliputi jubah berwarna cerah dan tutup kepala yang disebut sorban atau topi alpie. Sorban tersebut berwarna emas dengan manik-manik cerah.[3] Dandanan Care Haji merupakan pakaian pengantin tradisional pria khas Betawi, Jakarta. Pakaian ini digunakan oleh calon pengantin laki-laki yang terdiri dari:[4]
Dandanan Care None Pengantin Cine terdiri atas blus cerah dari bahan satin, bawahan rok berwarna gelap (Kun), serta sebagai pelengkap, di bagian kepala mereka menggunakan kembang goyang bermotif burung hong dengan sanggul palsu dilengkapi cadar di wajah. Dandanan Care None Pengantin Cine merupakan pakaian pengantin tradisional wanita khas Betawi, Jakarta. Pakaian ini digunakan oleh calon pengantin perempuan yang terdiri dari: [5]
Belanja di App banyak untungnya: